Resensi Buku Teologi PB 1
Resensi Buku
Oleh
Alferdi
Kelas D Teologi Kristen
Pendahuluan
Buku Pengantar Praktis Studi Kitab-Kitab Injil ditulis
oleh Deky Hidnas Yan Nggadas; editor: Dian Christine Fitriasari; cetakan
kelima; Yogyakarta; penerbit: ANDI, 2015; xiv + 290 halaman; ketebalan buku 31,5
cm; ISBN 978-979-29-2811-2.
Tujuan utama dalam
penulisan buku ini ialah agar pengetahuan mengenai kitab-kitab Injil tidak
hanya untuk pelayan Tuhan yang mengambil kuliah teologi, tetapi semua kalangan
yang rindu mempelajari kitab Injil. Buku ini memaparkan berbagai sumber yang
dapat dipercaya untuk menilai keabsahan kitab-kitab Injil, yang ditinjau dari
latar belakang kitab Injil, metode-metode kritis dan motif penulisan.
Rangkuman Gagasan Utama
Melihat situasi
politik bangsa Israel pada periode intertestamental, ini mengandung suatu
penegasan bagaimana Allah berdaulat dalam proses keselamatan manusia jika
dipandang dari segi teologi. Perjalan waktu yang berisi berbagai
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh tertentu, baik berupa kemenangan
ataupun kegagalan yang dialami, sesungguhnya hanya akan memberi suatu gambaran
bagaimana Allah akan bertindak di dalamnya dalam mewujudkan apa yang
dikehendaki (penebusan). Tokoh-tokoh yang memimpin mengalami kejayaan bahkan
kegagalan, tetapi Allah hanya ingin mewujudkan kuasa-Nya yang akan dinyatakan
di dalam diri Yesus. Dari hal inilah suatu pelajaran penting bahwa apa yang
menjadi rencana Allah tidak akan terbatas oleh situasi apapun. Dari segi agama
baik Yahudi maupun Greco-Roman, ada begitu banyak kemajemukan di dalamnya,
tetapi penekanannya atau apa yang menjadi kepercayaan memiliki sejumlah
kesamaan. Kesamaan-kesamaan itu bisa dilihat dari beberapa segi, seperti
percaya pada Allah, memiliki Taurat dan tradisi, memiliki pusat dalam
melaksanakan peribadatan, dan yang terpenting ialah bahwa sesungguhnya mereka
menantikan pembebas (Mesias) yang akan membebaskan mereka dari berbagai tekanan
hidup. Kemudian dalam melihat situasi sosial, ekonomi, dan budaya, sesungguhnya
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari Injil. Karena, dari situasi ini
kita bisa memahami konteks dunia di mana Yesus lahir dan menjalankan misi dari
Bapa.
Kemudian dalam
sejarah pembentukan Injil, tidak terbentuk dengan sendirinya seperti tulisan
yang digunakan sampai sekarang ini. Ada begitu banyak hal-hal yang menjadi
pertanyaan di dalamnya, sehingga mucullah berbagai metode untuk menguji hal
tersebut, salah satunya kritik historis (kritik sejarah). Banyak yang memandang
bahwa metode kritik adalah hal yang negatif, tetapi sesungguhnya metode kritik
memiliki nilai positif. Dalam kritik historis, terdapat beberapa bagian yang
menjadi tahapan untuk menemukan keabsahan Injil, yang dimulai dari krtik bentuk
yang meninjau dari segi sejarah, kritik sumber membahas mengenai masalah Injil
sinoptik, dan yang terakhir ialah kritik redaksi yang khusus meneliti cara dan
motif teologis para penulis kitab Injil. Pemahaman mengenai metode kritik pada
dasarnya juga mengandung hal-hal negatif jika cara memahami dan menerimanya
tidak berdasar. Metode kritik historis menekankan pada sejarah maupun teologi
kitab Injil sedangkan untuk kritik sastra yang mulai dipisahkan oleh beberapa
sarjana yang lebih fokus untuk mengungkap unsur seni maupun keindahan sastra,
jenis sastra, pesan yang disampaikan melalui fitur sastra, dan menentukan teks
final untuk menangkap maksud penulis. Dalam kritik sastra ada beberapa metode
yang merupakan teknik dalam melakukan kritik sastra, seperti kritik naratif,
strukturalisme, dekontruksi, dan kritik respon-pembaca. Namun kritik sastra
memiliki beberapa kelemahan seperti: mengabaikan sejarah teks, mengabaikan
penulis, tidak berdasar pada konteks gereja mula-mula dan juga cenderung
memasukkan paham modern dan postmodern.
Ada begitu banyak
metode yang digunakan dalam menilai keabsahan Injil. Metode yang juga tidak
dapat dipisahkan dari metode-metode sebelumnya ialah metode Kritik Tekstual.
Metode ini dipisahkan dari Kritik Historis dengan memberi istilah Kritik
Rendah. Istilah ini diberikan karena berbeda dengan Kritik Historis, Kritik
Tekstual tidak memiliki bahaya. Metode ini sangat diperlukan dalam studi kitab
Injil karena beberapa alasan, seperti: naskah Alkitab yang asli sudah tidak
ada, usia naskah sudah sekitar 1.400 tahun, dan juga bahwa Injil yang ada
sekarang ini berasal dari 5.400-an salinan. Dengan adanya metode ini, aka nada
usaha menemukan kesalahan dalam penyalinan dan menjadi masukan untuk proses
penyalinan berikutnya. Beralih dari metode-metode tersebut, maka hal utama yang
menjadi pokok bahasan dalam Injil yaitu tema, tujuan dan jenis sastra menjadi
bagian terpenting untuk diketahui. Meskipun ada banyak perdebatan yang terjadi
mengenai tujuan penulisan Injil, namun ada lima hal utama yang sejatinya masuk
dalam tujuan, yaitu jumlah pengikut Yesus bertambah, dasar pegangan iman,
meceritakan kehidupan Yesus secara detail, untuk melawan serangan-serangan
terhadap iman Kristen, dan sebagai bahan katekisasi ataupun pembelaan iman.
Untuk tema utama, dalam kitab Injil hanya mau memperlihatkan Kerajaan Allah
yang mewakili suasana manusia yang akan dilepaskan dari kekuasaan dunia. Dalam
kitab Injil hal yang juga ditekankan ialah bagaimana kehidupan Yesus dipandang
dari sudut pandang sejarah. Mulai dari kehidupan, pelayanan bahkan misi
penebusan diuraikan sebagai biografi untuk melihat arti oenting Pribadi Yesus
dan karya-Nya. Di dalam Injil terdapat jenis sastra yang harus dipahami untuk
menolong dalam menginterpretasi maksud penulis. Jenis sastra itu ialah
Perumpamaan (Yunani: parabole, Ibrani:
masal), yang artinya ialah teka-teki
atau perbandingan yang merupakan cara Yesus dalam mengajar orang banyak.
Refleksi dan Rekomendasi
Buku yang ditulis
oleh Deky Hidnas Y. N, memberikan pemaparan yang sangat jelas mengenai sejarah
pembentukan Injil yang dimulai dari melihat situasi politik, agama, dan sosial
bangsa Israel. Buku ini bukan hanya ditujukan untuk kelompok akademis tetapi untuk
semua kalangan yang rindu untuk mempelajari kitab Injil. Sangat penting untuk
membaca buku ini karena akan menolong memahami setiap persoalan yang terjadi
dalam proses pembentukan Injil.
Hal yang paling
diutamakan dalam buku ini ialah mengenai metode-metode yang digunakan menilai
keabsahan Injil. Ada tiga metode yang diuraikan secara jelas yaitu metode
Kritik Historis (menekankan sejarah), Kritik Sastra (fokus pada jenis sastra)
dan Kritik Tekstual (meniliti salinan-salinan). Ketiga metode ini perlu untuk
dipahami sehingga tidak hanya terjebak pada hal-hal yang sifatnya negatif
tetapi juga melihat sisi positifnya. Kritik Historis terutama adalah hal yang
penting ditekankan di sini karena metode ini yang kadang menjadi momok
menakutkan bagi sebagian orang, dan bahkan ada yang menolaknya secara
terang-terangan.
Terlepas dari semua
itu, ada hal yang tidak memberikan penjelasan yang memuaskan, secara khusus
penjelasan mengenai jenis sastra dalam Injil. Penulis hanya terfokus pada satu
jenis yaitu Perumpamaan sehingga memunculkan pertanyaan-pertanyaan bagi kita,
bahwa apakah dalam Injil hanya terdapat perumpamaan? Lalu bagaimana dengan jenis-jenis
tulisan lainnya di luar apa yang Yesus ajarkan, apakah semuanya masuk dalam
perumpamaan? Hal inilah yang tidak memberikan penjelasan detail karena yang
ditekankan hanyalah Perumpamaan (halaman 248).
Hal positif yang
bisa diterima dari membaca buku ini ialah penyajiannya menggunakan
bahasa-bahasa yang cukup mudah dipahami. Pembahsannya sangat sederhana dalam
mengolah berbagai pandangan para sarjana/teolog sehingga muncul suatu
kesimpulan final yang mudah dipahami. Sesuai dengan tujuan penulis bahwa bukan
hanya yang berkecimpung di dunia teologi yang bisa mempelajari buku ini, tetapi
semua kalangan, tentu sudah sangat relevan karena bahasanya diramu dengan
sederhana. Dengan demikian buku ini sangat bisa dibaca oleh semua kalangan yang
ingin mempelajari sejarah, metode, tema bahkan jenis sastra seputar Injil.
Komentar
Posting Komentar